PENGANTAR PENYUNTING
Dongeng Enteng ti Pasantren (Dongeng ringan dari Pesan-tren), oleh RAF adalah sebagian Autobiografi penulisnya waktu kecil, disusun dengan 'gaya Cerpen', tiap bab dijadikan judul baru, sebagian besar dapat dibaca dan dinikmati langsung sebagai bagian dari sebuah novel, tapi dapat juga dibaca/dinikmati secara terpisah, tanpa mengganggu konsentrasi pikiran pembaca. Barangkali karena penyajian dengan gaya cerpen inilah Novel autobiografi ini oleh penyusun Almanak Sastra, Saudara Adun Subarsa almarhum, digolongkan sebagai kumpulan cerpen (Kesusastraan Sunda Modern Sesudah Perang, Seri Khusus No. 12, Lembaga Bahasa Nasional 1972).
Ceritanya dimulai, ketika sang penulis (setelah dewasa) bertemu kembali dengan bekas guru-mengajinya, pada suatu hari dalam perjalanan, dan cerita pertamanya ini diberi judul Ajengan.
RAF mengisahkan Ajengan dalam sikap dan tindaknya dan cara memberikan pelajaran, sebagai pengajar yang tidak kalah oleh cara-cara seorang Prof. di Perguruan Tinggi (ketika RAF menyusun cerita-ceritanya ia mahasiswa Fak. Hukum). Penulis hendak menekankan bahwa Ajengannya ini bukan ajengan "kolot" seperti kebanyakan ajengan masa itu, tapi ajengan ini ajengan modern (tidak melarang main tunil, gemar main bola dan sebagainya).
Cerita kedua Ibu Ajengan, seperti berkisah tentang ajengan, diuraikan apa kelebihan dan apa kekuranganya sebagai Ibu Ajengan, yang patut jadi ikutan (ditiru) oleh kaum ibu sekampung.
Masantren mengisahkan apa sebenarnya yang mendorong si aku (penulis) ingin pergi mesantren ke desa, padahal di kota di samping bersekolah iapun dapat pergi mengaji ke Kiai kota, yang dikerjakannya juga selama ini.
Pasantren membentangkan keadaan tempat mengaji