Ibu Eneng. Ketika zaman Jepang diganti namanya menjadi Sandi- wara Miss Eneng. Akan hal ikhwalnya Neng Mimin tak seorang pun tahu. Mereka tidak tahu asal-usulnya. Mereka hanya mengenalnya sebagai keponakan Ibu Eneng. Sementara itu Neng Mimin alias Nyi Empat banyak sekali men- dapat godaan dari laki-laki, baik pemuda maupun yang sudah berkeluarga. Ia tetap mempertahankan kegadisannya dan menolak lamaran mereka secara halus. Dalam hatinya, Neng Mimin masih meng- harapkan Tatang sebagai satu-satunya pria yang ia cintai. Ketika Ibu Eneng meninggal dunia, semua kekayaannya diwaris- kan kepada Neng Mimin. Bang Miun sebagai suami Ibu Eneng tidak mendapatkan harta apa-apa, ia lalu menitipkan hidupnya kepada Neng Mimin.
Beberapa tahun berselang Neng Mimin yang masih single itu mendapat lamaran dari Anemer Hardjo. Namun segera dapat ditolaknya dengan halus. Neng Mimin mengetahui Anemer Hardjo ini telah mempunyai empat orang istri yang cantik-cantik. Akhirnya Neng Mimin dapat bertemu kembali dengan Tatang pujaannya itu, tapi Tatang telah beristri dan mempunyai lima orang putra.
Walaupun Neng Mimin sangat mencintai Tatang, ia tidak mau menghancurkan kehidupan rumah tangganya. Kemudian Neng Mimin dijodohkan dengan Maman, kakak ipar Anemer Hardjo yang usianya lebih muda daripadanya. Berakhirlah sudah penderitaan Neng Mimin dalam menanti ke- kasihnya selama ini. Dengan demikian berakhir pula karirnya sebagai seorang Sri Panggung yang cantik dan berbakat. Mereka hidup berbahagia. Baik keluarga anemer Hardjo maupun keluarga Tatang, keduanya sangat menyayangi Neng Mimin. Bahkan kelima
putra Tatang diminta untuk diasuh olehnya.