Ieu kaca geus divalidasi
169
| tetapi tidak ada yang bicara langsung, heran hati kangjeng gusti raja suka duka melihat rupa putranya. |
025. | Senang karena tcrlaksana keinginannya, dikabulkan oleh Yang Kuasa, dukanya karena menyayangkan, melihat putra Wulansari terlebih lama-lama, membesar semakin 'bedegul', tidak begitu disayang, hati raja sedih, terus saja kepada raden patih memerintah. |
026. | He, patih harus sedia, masakan bermacam-macam, bawa semua barang-barang yang ditabuh jangan ada yang ketinggalan, kumpulkan sampai siap, berderet di alun-alun, saya mau mengadakan selamatan, patih menjawab bersedia, hamba sudah menyiapkan. |
027. | Dengan cepat untuk pesta beres 'buburonan' saudara-saudara, kursi dan meja teratur, dikisahkan pada malam hari, pegawai negara berkumpul berbaris, di kursi duduk dengan tertib, suara degung penghormatan, suara suling membuat hati bergetar, ikut sedih karena ratu agak susah. |
028. | Pesta makan malam, suara sinden membuat betah, sambil makan-makan, sebagian ada yang menari topeng yang serumpi,
ada juga yang menari tayub, para bangsawan bersuka ria, ikut babagia raja, raja berciiri mau berpidato. |
029. | He, semua bangsawan, dengan semua rakyat, sekarang saya bersaksi, mau warisan nama, kepada anak yang dari tua, yaitu dari Sarirat, dari sekarang semoga mengerti, semoga seterusnya dipanggil Raden Jayabrahmana. |
030. | Ramai semuanya bersorak, suaranya seperti mendengar suara yang hebat, berguruh suara gamelan, sang ratu berkata lagi, suaranya agak hati-hati, he semuanya semoga maklum, yang satu anak saya dari Dewi, Wulansari, semoga dikenal namanya Jayalalana. |
031. | Ramai bersorak ditiada henti-henti, mendengar perkataan ratu, semuanya sama menyaksikan, bangsawan saya hatinya bahagia, namanya anak-anak, semuanya sama jumungjung perlahan-lahan yang menerimanya, semoga seterusnya berhati-hati adil, rakyat menerima kebahagiannya. |