172
046. Simpan dulu yang sedang menjelek-jelekan orang, Den Lalana saat itu sudah bangun pulang ke ibunya, ibunya kaget sekali, ketika melihat anaknya penuh dengan darah, disambut diusap, dahinya terluka, kenapa ini Agan sampai terluka, dahi belepotan darah, Den Lalana terus terang.
047. Terus terang ibunya memberitahu, dari mulai bermain ke pasar, hingga saat itu bertemu, satu pun tidak terlewat, ibunya menggeleng-gelengkan kepala mendengar, tidak sangka begitu ceritanya, selesai berkata, biar saja Agan sabarlah, jangan kepalang, pasrah kepada Allah Yang Maha Kuasa.
048. Tunda dulu yang sedang prihatin, kisahkan setan tadi itu, yang memang ketika hamil, sedih dan kaget, ingat menenung putra raja, saat itu ingin melihat, tentu penasaran, oleh wajah yang ditenungnya, seperti apa, apa tampan apa cantik, serta sudah berganti rupa.
049. Saat itu juga menjadi burung Nori, bentuknya bagus membuat terpesona, bulunya seperti sutra hijau, kakinya emas bercahaya, dan paruhnya begitu juga, kemudian menuju, tempat orang berkumpul, kebetulan sedang berkumpul, burung hinggap di atas meja, semua kaget, semua yang melihat, dikepung oleh semua.
050. Jauh terbangnya itu, jadi jinak merpati, Den patih kemudian (memakai pakaian bagus) berdandan dengan cepat, kemudian menunduk, burungnya jinak sekali, sudah dapat oleh raden patih terpegang, membelakangi perginya dengan cepat.
Pupuh Pangkur
051. Kemudian menghadap kepada raja, tak lama Den Patih masuk, datang ke hadapan raja, sang raja kaget sekali, melihat patih membawa burung yang rupanya bagus, kemudian kepada patih memeriksa, burung apa bagus sekali.
052. Patih menyembah sambil berkata, saya tidak tahu namanya gusti, ditangkapnya di kadaton ketika sedang berkumpul, oleh semua burung ini dikepung, namun tetap tidak dapat, miliknya oleh saya.