Ieu kaca geus divalidasi
181
- Ketika datang ke alun-alun, Cendala memanggil keras, he Lalana kamu tunggu, tunggu di bawah pohon beringin, kemudian raden muda berhenti.
- Ki Cendala terenggah-enggah bicara ramai, kesinikan itu uang, kalau tidak diberikan nanti dipukul, oleh saya mau ditempeleng, kamu mati, katanya sambil melotot.
- Jawab raden, silakan kaulanun, Cendala menerima uang, sambil menerima uang ini bagus, ini saya beri tempelengan, untuk bekal kamu mati.
- Den Lalana ditempeleng sampai tersungkur, oleh ki Cendala diinjak, ada seorang yang memburu, pensiunan prajurit, kepada Cendala kemudian bertanya.
- Bagaimana kamu orang suka memukul, apa kamu gila, apa dosanya hingga dipukul, ayo lekas jawab lagi, Cendala malah bengong.
- Bicara gugup, saya tidak punya rokok, begitu pula kayu api, menjawabnya sambil bingung, pada bahasa melayu tidak mengerti, disangkanya minta rokok.
- Ki Cendala melotot sambil mau memukul, pakai marah kepada saya, kamu juga yang gila, kenapa pakai marah-marah, kamu seperti manusia bodoh.
- Kenapa kamu memarahi tiba-tiba, apa tidak tahu adat saya, pensiunan bicara benar, berkelahi sudah kebiasaan saya, Ki Cendala hendak meninjau.
- Kepalan Cendala dipukul hingga rublh, bagun sambil meringis, kepalanya sampai berdarah, menangis sambil ·jeba-jebi', tapi agaknya tidak kapok.
- Siap-siap lagi sepertinya mau memukul, ditangkis hingga terpelentang, sambil berdiri agak pusing, melihat kiri kanan, kemudian berlari tergesa-gesa.
- Ketika datang di hadapan Brahma sunu, Ki Cendala bicara sambil meringis, aduh ampun saya jatuh, terjatuh pada dinding pasir, ini lenganpura sampai Iuka berdarah.