Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/191

Ieu kaca geus divalidasi
183
 
buah kecapi, apa saja yang ditemukan, bongborosan yang kecil-kecil, Raden putra di hutan sengsata.
  1. Kira-kira saat hangat untuk berjemur, duduknya di bawah pohon kayu, melihat sebelah timur, ke tempat gunung besar curam sekali, puncaknya tidak begitu curam sekali, puncaknya tidak begitu jelas, adapun namanya terkenal dikenal gunung jahat, kalau manusia berjalan-jalan pasti, pulang tinggal nama, tidak bisa kembali lagi.
  2. Di sana itu tempatnya perampok jahat, tempat perampok tukang memenggal kepala, merampas tidak ada perasaan, jangankan membawa uang, walaupun tidak membawa pasti, umumnya pasti tidak dimilikiny~. Den Lalana lebih susah, ada untuk jalan lagi, sudah terjepit gunung sebelah situ.
  3. Hati Raden Lalana, saat itu merasa labil, iklas tega pati, walau hidup kesakitan, sengsara menampung sedih, seumur hidup hanya bingung, daripada mati di kota, lebih baik dimakan setan, langsung Raden dari sana sudah pergi.
  4. Mengarungi tempat perampok jahat itu, kebetulan sedang sepi, ketika lewat ke sana, perampokannya sedang pulang, hanya tinggal mayat orang, di pinggir jalan menumpak, bau sekali, selamat hati yang labil, Raden leluasa sudah jauh dari tempat itu.
  5. Menyusuri lembah mengurangi jurang, menyusuri pinggir pasir, menemukan lembah luas sekali, sisi gunung yang berdiri, menemukan sayuran }ang subur, banyak buah-buahan, banyak berserakan di lembah, kacapiring di pinggir pohon, jeruk cikamandana, dan mandaka.
  6. Durian, kedongdong, dan pepaya, kemiri buah kecapi, manggis sampai 'ngarangkadak', pohon puri tanah miring, raden itu sangat takut, puncak miring agak takut, siapa yang memilikinya, 'bebahan' di sisi bukit, ha ti nekad langsung menghadap.
  7. Masuk ke dalam tanaman sayur, Den Lalana melihat kiri kanan, melihat pemiliknya, temyata tidak ada manusia senangpun, tidak ada tempat untuk berjanji, terus saja memetik jeruk,