Ieu kaca geus divalidasi
185
- berdandan mantri yang tujuh itu, tersedia tembok dan pedang, panah, tameng, serta bedil.
- Sudah pergi mantri yang tujuh, berjalan tergesa-gesa menyandang pedang memanggul bedil, 'hulu nagara' ada salah satu mantri berkata kepada temannya, kita itu menyusul kemana, tidak tentu kemana mencari keterangan.
- Yang disusul dimana, harus dipikir jangan gugup berhenti di jalan, sementara itu datang seorang kakek-kakek menghampiri mereka, tukang gembala kerbau itu yang dulu pemah lari terbirit-birit.
- Takut oleh Den Lalana, saat itu lewat di depan mantri, kakek-kakek itu dipanggil, ketika sudah bertatap muka, kata mantri, coba kakek barangkali dulu, ketemu dengan anak buruk rupa, tidak beda dengan hantu.
- Kakek-kakek menjawab, ya tuan sudah, ketemu dengan saya anak hitam daan 'bedegul' dulu enam bulan, tidak salah banya itu yang teringat, ke sebelah sana jalannya, masuk ke dalam hutan kayu.
- Tujuh mantri berbahagia, ayo kawan sekarang pergi, karena sudah pasti yang dituju, tidak akan kernana perginya, sekarang oleh kita tentu tertangkap, saat itu kemudian pergi, masuk ke dalam hutan kayu.
- Di hutan dicari-cari, tapi tetap Den Lalana tidak ketemu, mantri tujuh, kebingungan, kehabisan bekal, padahal belum berhasil, maksud mau pulang takut oleh raja, pasti dihukum pati.
- Tinggalkan dulu mantri yang tujuh, dikisahkan ada sebuah negeri, Tunjung Biru yang mashur, sedang ramai para pembesar, mencari tawanan mantri yang kabur, namanya Andayasura, menggoda istri patih.
- Tawanan kabur ke hutan, tidak ketemu di cari di dalam negeri, sudah terus ke punc.;k gunung, ketika suatu saat, kebetulan dengan Den Lalana bertemu, sama-sama kaget keduanya, yang kabur dan yang diusir.