Ieu kaca geus divalidasi
190
- Terlihat oleh raden kemudian dipanggil, segera susul, ini saya, mantri yang tujuh, kaget melihat anak menyeberang begitu derasnya air, jalan kemana, air besar membuat hanyut.
- Sama-sama bingung semua mantri, tidak sanggup, takut melihat air deras, hanya ada seorang, yang hatinya memastikan sanggup, kepada kawannya berkata keras, jangan susah-susah, kenapa kalah dengan anak kecil.
- Kenapa si Lalana bisa menyeberang, kita apalagi karena mantri, gagahnya pada kita, berilmu sakit sekali, jangan berjerit ayo kejar, kemana lari, masuklah ke sungai mantri-mantri.
- Timbul tenggelam mantri-mantri yang tujuh, ke hilir hanyut, tiada tenaga, oleh air deras terbawa, menggapai-gapai juga tiada guna tidak berdaya, tenggelam sudah tidak tampak lagi.
- Dikisahkan sekarang Jayalalana, melihat mantri hanyut semua, hatinya agak lega, kemudian dari sana juga pergi, menyusuri pinggir air tinggal lemasnya tidak tentu rasa den Raspati.
Pupuh Asmarandana
- Angin kecil bertiup menggoyangkan dedaunan, enak raden yang menyandar, pada pohon kayu gordah, dingin rasanya, raden tidak ada kekhawatiran, sudah mati yang mengejar.
- Dikisahkan yang hanyut, mantri-mantri yang tujuh, belum sampai pada kematian, kebetulan semua menyangkut, pada akar pohon berpegang, naik ke atas, selamat bisa kedarat.
- Saat itu kemudian berembuk, sekarang bagaimana langkah selanjutnya, kemana kita pergi, yang pas ti yang diburu sudah hilang, mau kembali kita terlanjur, kata kawannya tentu saja, kita susah perjalanan.
- Kita susuri pinggir air, kemana saja sampainya, sudah mufakat kemudian pergi, menyusuri pinggir sungai, tak lama ditemukan, di bawah gordan yang duduk, jelas Raden Lalana.