Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/198

Ieu kaca geus divalidasi
190
 
  1. Terlihat oleh raden kemudian dipanggil, segera susul, ini saya, mantri yang tujuh, kaget melihat anak menyeberang begitu derasnya air, jalan kemana, air besar membuat hanyut.
  2. Sama-sama bingung semua mantri, tidak sanggup, takut melihat air deras, hanya ada seorang, yang hatinya memastikan sanggup, kepada kawannya berkata keras, jangan susah-susah, kenapa kalah dengan anak kecil.
  3. Kenapa si Lalana bisa menyeberang, kita apalagi karena mantri, gagahnya pada kita, berilmu sakit sekali, jangan berjerit ayo kejar, kemana lari, masuklah ke sungai mantri-mantri.
  4. Timbul tenggelam mantri-mantri yang tujuh, ke hilir hanyut, tiada tenaga, oleh air deras terbawa, menggapai-gapai juga tiada guna tidak berdaya, tenggelam sudah tidak tampak lagi.
  5. Dikisahkan sekarang Jayalalana, melihat mantri hanyut semua, hatinya agak lega, kemudian dari sana juga pergi, menyusuri pinggir air tinggal lemasnya tidak tentu rasa den Raspati.

Pupuh Asmarandana

  1. Angin kecil bertiup menggoyangkan dedaunan, enak raden yang menyandar, pada pohon kayu gordah, dingin rasanya, raden tidak ada kekhawatiran, sudah mati yang mengejar.
  2. Dikisahkan yang hanyut, mantri-mantri yang tujuh, belum sampai pada kematian, kebetulan semua menyangkut, pada akar pohon berpegang, naik ke atas, selamat bisa kedarat.
  3. Saat itu kemudian berembuk, sekarang bagaimana langkah selanjutnya, kemana kita pergi, yang pas ti yang diburu sudah hilang, mau kembali kita terlanjur, kata kawannya tentu saja, kita susah perjalanan.
  4. Kita susuri pinggir air, kemana saja sampainya, sudah mufakat kemudian pergi, menyusuri pinggir sungai, tak lama ditemukan, di bawah gordan yang duduk, jelas Raden Lalana.