Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/204

Ieu kaca geus divalidasi

196

lihat anak-anak, itu juga semua santri, di sini sedang belajar, semua juga putra Bupati.

267. Maharesi kemudian berkata, he semua anak santri, ke sini kumpul semua , kalau-kalau tidak mengerti, ini yang datang, sebenarnya adalah cucu saya.

268. Keturunan titisan ratu, yang namanya Negeri Cempala, oleh karena ke sini datang, maksudnya mau menimba ilmu, nantinya lalanang jagat, gagah perkasa, antri andalan rakyat.

269. Ayo sekarang segera memberi hormat, kemudian semua santri menghormat kepada Den Lalana, Raden di sini sudah tinggal, bersama-sama belajar, ilmu kesantrian budi.

270. Siang malam tidak ketinggalan, disaksikan/ditambah oleh kerajaan. Den Lalana sama-sama manah, paham semua ilmu kegagahan, kesaktian begitu pula terbang menghilang.

271. Bergurunya sudah selesai, ilmu maharesi sisip, sudah tidak diajari, ilmu lahir dan ilmu batin, santri yang banyak heran, pantas untuk menjadi laki-laki yang gagah perkasa.

272. Diantaranya empat hari, jatuh semua ilmu resi, eyangnya gembira sekali, melihat cucu sama-sama suka, ternyata tidak bohong, pertanda/mempunyai ciri andalan prajurit.

273. Ketika sewaktu-waktu, sang pendeta berkata lembur, tuan sekarang sudah cukup, ilmu eyang sudah habis, keberanian kekuatan, Raden susah mencari tandingannya.

274. Raden Bagus menyembah hormat, barangkali eyang memberi izin, saya mau berkelana, jawab pendeta, 'samani' eyang senang mengizinkan, Raden semoga lulus (selamat).

275. Karena ilmu sudah cukup, hanya ini eyang mewariskan, jimat kaos yang mulia, adapun khasiatnya jelas, kalau dipakai oleh kita, bisa terbang dan menghilang.

276. Jimat ini yang sebenarnya, turunan dari nenek kakek, turunan jin, nah sekarang segera terima, sebab kamu yang akan membasmi musuh negeri.