Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/208

Ieu kaca geus divalidasi

200

308. Keduanya juga laki-laki, dikisahkan ayahnya, Raksasa Renis mau apa, kemudian anaknya dipanggil, saat itu juga datang, kemudian kepada anaknya berkata, sekarang bapak mau bicara.

309. Kepadamu mau memberi janji, sebab ini ada jimat, kepunyaan pendeta, olehmu harus disimpan, dimana nanti dijaga kalau kemungkinan bisa bertemu, dengan santri berkelana.

310. Turunan Negeri Cempala berika ini jimat kamu manakawan saja, kalau ditanya khasiatnya, cincin ini muzizat, bisa tahu sampai ke hati, kepada jin yang beterbangan.

311. Sudah diterima cincin itu, Raksasa Renis kemudian mati, Denawa Denewi bahagia karena memiliki jimat, saat itu benda dibuka, makanan sudah banyak, kerjanya hanya makan saja.

312. Ketika suatu etikaa, ki Denewi berkata, coba saya melihat jimat itu, akan saya simpan, Denawa membentak, tidak akan diberikan kepada orang lain, itu miliknya.

313. Mata Denewi melotot, sambil bicara kurang ajar, kakak seperti yang gila, wasiat orang lain, hanya melihat serakah sekali burung adik kakak bermarahan.

314. Denewi menabrak keras, paha kakaknya digigit, oleh Denawa kemudian dipukul ditempeleng akhirnya bergulat, saling dorong dan menonjok, saling banting saling lempar, sama-sama kuatnya.

315. Tiada yang kalah satupun, sama-samaa kuat gagalnya begitupun, tiada yang unggul seorang pun, siang malam yang perang, cadas runtuh batu remuk, dipakai menendang oleh raksasa.

316. Perangnya sebulan lebih, hutan rimba jadi rata, oleh karena dipakai saling dorong, pepohonan tumbang, timbunan pasir sudah rata, tapi tak ada yang mati, dalam peperangan itu, sama kuatnya.

317. Tinggalkan dulu yang sedang berperang, dikisahkan lagi Den Lalana, saat itu sudah sampai di sana, melihat yang berperang hatinya heran sekali; yang perang suaranya gemuruh, berebut untuk saling membinasakan lawan.