207
tiada berdaya, lesu lemas tulang sendi, didekati Raden Jayalalana.
377. Kenapa kuda Raden berkata, hai kamu sembrani, kenapa berlaku begitu, kan sebenarnya saya, mempunyai hak waris, sebab cucu maha wiku, keturunan Cempala, oleh karena itu saya ke sini, sebenarnya kamu itu mau dibawa.
378. Sembrani bisa berkata, saat itu juga, ketika mendengar, kepada Raden kemudian menjawab, tuan tidak disangka, sekarang ternyata datang, saya menunggu siang 'dalu' kepada tuan mau membela, siang malam akan ikut, Den Lalana senang sekali.
379. Kalau begitu syukur sekali, kamu bermaksud membela sampai mati, saat itu juga dibuka, pembuat lumpuh yang ampuh, kuda sudah sehat lagi, segar dibanding dulu, oleh Raden kemudian dinaiki, sembrani melintang berasap-asap berlari, gagah sekali kuda dengan penunggangnya.
380. Berlari tiada khawatir, Den Lalana hatinya bahagia, dari sana sudah pergi, tiada bimbang dan takut, berjalan lewat darat siang malam, turun gunung naik gunung, Den Lalana menunggang kuda, menyusuri pesisir, mengarungi lembah lewat tegal yang ada di gunung.
381. Kadang-kadang perginya berjalan kaki, tidak menunggu sembrani, malahan pada akhirnya, disimpan didalam 'cupu manik' berkata kepada Denewi, sembrani harus diurus, olehmu harus dipelihara, awas harus sering memeriksa, hati-hati kalau kurang periksa/pemelihara.
382. Tinggalkan Jayalalana, ada yang dikisahkan lagi, ada sebuah negara dikisahkan ratu adil, tiada henti sayang kepada rakyat, dikenal negeri Tunjungpura, saat itu mempunyai anak, laki-laki tampan gagah, namanya Raden Aryakanta.
383. Usia sedang muda-mudanya, agak pemalu berbudi manis, badan sedang tingginya, mempunyai pasangan putri, namanya Ratna Ningsih, putri cantik pemalu sekali, putranya Raden Patya, saudara jauhnya jelas.
384. Malahan kemudian membuat perkampungan, oleh banyaknya