Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/216

Ieu kaca geus divalidasi

208

rakyat, 'ngababad' negara ini dari Tunjungpura tidak jauh, Raden patih sudah pindah, di sana sudah jadi raja, ramai sekali, dikenal Tanjung Puri, sudah terkenal ke negeri lain.

385. Saat itu mau ke pesta, mau menikah putra-putri, bangunan tempat menerima tamu, sudah tersedia, bangunan adat istiadat, semua gamelan berbunyi, suaranya sampai berguruh, pengantin naik kereta, berkeliling alun-alun, yang ikut banyak sekali.

386. Saat itu selesai diakadnikahkan, baru pulang dari mesjid, bertamasya mengelilingi kola, siang berganti malam bangunan penuh sesak, para pejabat menari tayub, berguruh suka hati, suaranya seperti mendengar suara yang hebat, menanti-nanti pengantin sebelum dalang.

Pupuh kinanti



387. Tak lama penganlin dalang, meriam dinyalakan, semua bersorak gegap gempita, yang menonton sudah penuh sesak, mau melihat yang menari tayub, biasanya pengantin yang menari.

388. Aryakanta menari tayub, diiring oleh mantri-mantri, yang bertepuk tangan sampai riuh, sudah malam baru kembali.

389. Begilu pesta selesai ayah Aryakanta pulang, diiring oleh para pengawalnya, meninggalkan negeri Tanjung Puri.

390. Dikisahkan yang ditinggal, pengantin putra-putri, kelika selesai menikah, Agan pulri ilu jadi jijik, melihat wajah suaminya, benci tiada bandingnya.

391. Aryakanta 'gegetun' siang malam hanya prihatin, hati seperti dibakar, perih seperti 'bubutin' karena memerlukan buah hati, bingung bati yang prihatin.

392. Makin lama makin biasa, 'dilelegar' lidak anehnya, agan putri semakin lincah, tidak bisa 'dilarah lirih' siang malam juga pesta, kepada suami tidak menoleh.

393. Saat itu tepat setahun, tuan putri tidak hentinya tergugah, benci sekali, Aryakanla jadi pusing, siang malam hanya bertengkar, ramai tiada henti-henti.