216
mendengar raja sampai tega begitu, ternyata pilih kasih kepada anak, meninggalkna adat bupati.
460. Setelah selesai kemudian berkata, kalau begitu raden disini tinggal, malahan harus jadi raja, uwa ternyata khawatir sekali, sayang sekali oleh ayah dibenci, tiada perasaan sama sekali, awas raden jangan kembali.
461. Den Lalana menjawab, terima kasih berikannya menolak kasih, hanya saya belum berani, sebab belum ada waktu kosong, ratu Tunjung puri ikut lagi berbicara, kalau disini tidak mau, bagaimana kalau di negeri Tanjung.
462. Kata raja Tanjung pura, itu bagus namun kakak yang ngeri, Den Lalana berkata sambil tersenyum, nanti uwa jangan bertengkar, kna baaru sudah saya bilang, sekarang begini saja, jelas anak mau bertanya.
463. Apa asal mula uwa berperang, dengan saudara tentu ada penyebab tadi, dua ratu diminta keterangan, dan mulai satu pengantinan hingga sampai ke kejadian perang, yaitu asalnya pesta, putra-putri tidak baik.
464. Bagaimana langkahnya, uwa agar pengantin baik, jawab Raden bukan dukun, saya tidak biasa, namun coba putra-putra harus dipanggil, barangkali ada tumbalnya, terus menyebrang dengan raja.
465. Yang menyusul Aryakanta, satu lagi yang menjual tuan putri, cepatnya sudah datang, sama-sama bersalaman dengan ayah, Aryankanta dipertemukan oleh sang Raja, pernah adik kepada lalana, sama-sama bersalaman adik kakak.
466. Dikisahkan Tuan Putri itu, ketika melihat kepada Den Lalana raspati, hatinya berdegup, berkata dalam hati, adik taubat tampan dan lucu sekali, kepadanya tidak akan menolak, mudah-mudaban saja jadi pengganti.
467. Dituturkan dengan ini, suka hati bagaimanapun tidak akan ingkar, walau ke cakrawala, kata peribahasanya, tidak akan menolak tidak seperti kepada orang itu, Aryakanta membuat benci, 'teti uyuhan' membuat jijik.