Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/229

Ieu kaca geus divalidasi

221

perkampungan, saat itu bicara lagi, bahasanya kasar saya tukang gembala kerbau.

500. Raden Lalana tersenyum menanggapi anak-anak, baru seumur hidup mendengar, kamu anak mana, anak-anak serentak menjawab, nah di sana kampung saya, kampung pedesaan, apa kakak belum tahu.

501. Kata Raden masih jauh ke negeri, anak-anak menjawab sambil tertawa, tentu saja jauh kak, kakak jangan mau banyak yang membuat takut, gubuk-gubuk juga lari, digusur oleh kuda yang cepat.

502. Hampir saja dulu saya dengan bapak. tersengol, 'gorolong barik' karena anak burna, belurn tahu roda kereta, Raden Lalana berkata, kampung yang mana, dari sini yang tidak jauh.

503. Jawab anak walah itu ternyata telat, sudah ke dalam pucuk bambu, nah itu pedesaan, Den Lalana berdiri dari pagi, dan artinya gubuk kecil, meninggalkan anak-anak, di jalan kemudian bertemu.

504. Dengan seseorang yang berjalan di jalan, kelihatannya sudah kakek-kakek , oleh Raden dipanggil, setelah kakek itu menghampiri, Raden bertanya, aih kakek, saya mau tanya, sehubungan dengan keinginan ingin tidur semalam.

505. Barangkali di sini ada untuk penginapan, kakek menjawab ada juga gubuk kakek, kecil sekali, silakan kalau untuk tinggal seorang.

506. Kata Raden, biar saja masalah kecil itu, kata kakek mari ikut, kemudian Raden pergi, setelah tiba di gubuk itu, kakek memanggil nenek, he nenek segera, lantai lap hingga bersih.

507. Nenek melap lantai dengan cepat, kakek dan nenek berbisik-bisik, nenek cepat, masak air itu sampai masak, nenek-nenek gugup, tidak ada tempatnya, apa tidak mengambil ruas bambu.

508. Kata kakek mengapa nenek kamu salah, disuruh memasak air, ada juragan kita, ingin minum air masak, memasak pakai apa