Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/230

Ieu kaca geus divalidasi

222

kakek, tidak ada tempatnya, mengapa tidak mengambil ruas bambu.

509. Kata Raden kakek jangan menyuruh-nyuruh , tidak akan minum, hanya saya mau tanya, siapa nama kakek itu, dan mata pencaharian yang sebenarnya, untuk makan, serta darimana sesal.

510. Kakek-kakek menjawab sambil menyembah, saya kakek Boja, adapun mata pencaharian, benar-benar tidak punya, asal kakek asli, disini sekali, satria muda bertanya.

Pupuh Sinom


511. Darimana kakek makan, tidak usaha tidak bertani, Aki Boja menjawab, bagaimana kebetulannya tuan, kalau ada rezeki, bisa makan, kalau kebetulan tidak ada, dianggap mengurangi makan, malahan kadang-kadang tidak menemukan apa-apa.

512. Den Lalana katanya kasihan, melihat keadaan kakek, tulang iga kelihatan seperti 'gambang' begitu pula dengan nenek, pakaian compang camping, pinggir hutan membuat gubuk, tiada anak tiada saudara, membuat kasihan sekali, Raden duduk tiada tempat sedikitpun.

513. Apalagi kalau tikar, hanya ada lantai panggung satu, di-anggap sebagai 'kajuaran, 'tamba gular-goler teuing', Raden kemudian berkata, kakek saya benar-benar, disiram beres-beres, agar betah, mau mengaku orang tua kepada kakek, jawab kakek aduh malu sekali Agan.

514. Saya orang tidak mampu, tidak ada untuk membeli-beli, ditambah miskin sengsara, tidak berharta, tidak berpengetahuan, Den Muda menjawab lirih, kakek jangan begitu, biarkan saja walau tidak ada, syarat hanya penghalang saja, hanya budi yang ramah yang membuat betah.

515. Kita cepatkan kisah ini, Raden di sana sudah tinggal, berbenah ikut membuat betah, pagi-pagi bersih-bersih, kesehatan sangat diharapkan, bersih sekali setelah disapu, kembali mendekati