Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/232

Ieu kaca geus divalidasi

224

523. Kata Raden kan kita, basil dibuat semalam tadi, kenapa kakek tidak membantu, Ki Boja bengong mendengarnya, bicara dalam hati, tuan pasti turunan raja, terbukti turunan raja, buktinya begini, hanya menggeleng-gelengkan kepala Kakek Boja keheranan.

524. Raden bersiap-siap di celana pakaian pendek, memegang palu tegap sekali, memandai bertiga dengan jin, kakek Boja berlari, ketika sudah tiba di gubuk, kakek memarahi nenek, cepat-cepat lihat nenek, lihat itu pekerjaan kita.

525. Coba segera buka mata, pekerjaan saya tadi, karena itu jangan gegabah, melayani diri saya, tidak tahu semua bukti, apa saj yang dimaksud, begitu bagusnya lihat, rumah yang disebut malam, nenek Boja mengangkat pantanya bersendawa.

526. Jangan hanya cerita, tidak percaya sedikit pun, bisa juga dari dulu, kakek Boja menghindar tertawa, sudah sampai digosali, Raden Lalana berkata, sudah kakek silakan minta, oleh saya kakek dibawa, pekerjaan kakek hanya jadi tukang asah.

527. Perasan kakek Boja, yang ada digosali, ia sendiri saja bersama dua jin, rumah tidak kelihatan, yang menampa lebih rajin, senjata buatannya bagus, tentu saja bukan sembarangan, pekerjaan pepatih jin, congkrang, arit, pacul, bedog, pisau, parang.

528. Senjata sudah lengkap sekali, menumpuk dipinggir gosali, golok tidak akan tumpul, artinya tidak akan melihat, pekerjaannya licin, yang membeli ramai sekampung, ramai di desa pedesaan, ada pandai tampan sekali, membuat ribut, sudah jadi buah bibir.

Pupuh Magatru


529. Orang desa ramai dan semua mengetahui, berduyun-duyun perempuan dan laki-laki, itu watak orang kampung, sudah sampai ke rumah kakek, apalagi perempuan.