Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/236

Ieu kaca geus divalidasi

228

559. Yang ada kue kaleng, kakek nenek marah, kamu tidak patuh, minta singkong tidak ada, kue kaleng berakibat rusak bibir, kurang ajar kamu dipecat, pada juragan tua sudah membantah.

560. Tersebut lagi Den Lalana, saat itu sedang duduk, di atas kursi gading, kakek dan nenek duduk, merasa segan sekali, Raden berkata ini gedung yang bagus, membangunnya tidak berbulan-bulan, dibuatnya satu malam selesai.

561. Kalau menunggu kakek lama, belum tentu satu tahun selesai, tapi jangan banyak berkata, serta tetap dikerjakan, kita membuat golok, jangan berganti lagi pekerjaan, kakek menyetujui, silahkan bekerja di gosali.

562. Tersebut lagi yang sedang nepa, orang yang rajin bekerja di dalam gosali, sekarang berganti cerita, yaitu Raja Tunjungbang, raja yang termashur ke tiap-tiap negara, karena raja mempunyai putera, puteri cantik rupawan.

Pupuh Dangdanggula


563. Raden berkata jangan lama, kakek Boja sudah pergi, permisi lalu pergi, di jalannya tidak diceritakan, ke alun-alun sedang datang, sudah siap wadia balad, bergemuruh para raden pati berdiri di tengah, lalu berkata, kepada semua raja, kami hanya mewakili.

564. Kata patih pada setiap raja, memberi tahukan sayembara raja, agan Puteri sekarang sedang sakit, penyakitnya sangat menghawatirkan, tidak bisa berkata, lemas dan tidak mau berbicara, obatnya tidak lain, oleh air mata buaya putih, siapa saja yang bisa.

565. Siapa yang bisa menyembuhkan puteri, akan diberi hadiah, anak~anak atau orang tua, siapa saja yang bisa menyembuh-kan, dikawinkan pada Agan puteri, biarpun orang hina, tidak ada perbedaan, coba dijawab sekarang, wadia balad satu orang pun tidak ada yang menyanggupi, takut oleh buaya.