Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/239

Ieu kaca geus divalidasi

231

579. Di jalan tidak diceritakan, kakek dan raden sudah sampai ke rumah, kakek pada nenek membentak, cepat ambilkan baju, kami mau berangkat ke negeri, membawa air mata buaya, nenek melihatnya dengan jelas, Agan cepat naik pangkat kami juga jadi senapati, ahli ajudan raja.

Pupuh Kinanti

580. Raden pada kakek berkata, sekarang harus pergi, ini cepat bawa, kami tidak ikut, kakek yang pergi ke sana, kakek Boja lalu pergi.

581. Tidak diceritakan sedang pergi, ke negara sudah sampai, masuk ke keraton, kakek pada mantri minta izin, lalu menyembah sambil berkata, saya orang yang bisa mengobati dan menyembuhkan puteri.

582. Kakek oleh mantri dibawa, dihadapkan pada raja, oleh raja kaakek ditanya, kakek ada pa kamu, sudah datang pada kami, kakek Boja bersujud di hadapan raja.

583. Barangkali saya dapat diterima, serta kami sekarang, bisa mengobati puteri, benar kamu kata raja, kamu seorang kakek-kakek.

584. Para ratu tidak ada yang bisa mengobati, mengambil air mata buaya yang matih, apalagi kamu mengambil air mata buaya putih, lalu kakek Boja berkata, kalau boleh izinkanlah saya.

585. Seandainya Gusti tak percaya, kami gampang sekali, buaya itu dipancingnya, sudah dapat dan sampai di darat, buaya itu dipukul, buaya menangis kesakitan.

586. Waktu buaya itu menangis, air matanya keluaar, lalu oleh kakek diambilnya, begitu cara mendapatkannya Gusti, Sang raja bengong mendengarkannya.

587. Masa ceritanya begitu, mana ada buaya putih, yang bisa dipancing sampai dapat, serta bisa menangis, seperti manusia, mustahil sekali, sabda raja pada si kakek.