Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/242

Ieu kaca geus divalidasi

234

610. Baru saja mau makan banyak, coba terangkan supaya mengerti, apa kemauanmu, jangan suka memusingkan, Puteri menangis, duh ampun ayahanda gusti.

611. Mohon ayah tidak marah, saya sebenarnya tidak mau, kawin dengan cucu Kakek, ampun saya bukan menampik, mengapa ayah tak panjang pikiran, punya menantu dengan orang pencari rumput.

612. Ayahnya tidak berkata, pikirannya bingung, anaknya berkata lagi, seandainya tak jadi malu, sepertinya bukan keturunan raja, tua muda menyaksi.

Pupuh Sinom



613. Sang raja berkata, Raden Patih sekarang, saudara saya beritahu, Tunjung Pura Tunjung Puri, mau dibawa berunding patih bersembah lalu pergi, suratnya sudah ada, suruhan sudah pergi, membawa surat untuk saudara raja.

614. Tidak diceritakan di jalannya, dua suruhan sudah sampai, ke Tujung Puri dan Pura, surat itu diterima gusti, mengerti disuruh datang, lalu berdandan, isi surat penting sekali, pergi meninggalkan negara, menaiki gajah sambil bersorak-sorak.

615. Ceritanya sudah datang, Tunjung PUra Tunjung Puri, dengan Tunjungbang bersalaman, sudah duduk di kursi, kangen sekali, baru bertemu dengan sauara, yang dua raja itu, yaitu Tunjungbang, pernahnya adik, terhitung yang paling tua.

616. Adiknya sudah menghormati , lalu pada kakak berkata, bagaimana kakak, yang manis melewati, mau kawin dengan menyabit rumput, malu sama keturunan kita, Ratu Tunjungbang menjawab, karena itu adik suruh datang, kakak mau musyawarah, mengenai hal tersebut.

617. Awai mulanya lalu diceritakan, dari mulai putri sakit, tidak ada yang dilewati, begitu adik ceritanya, bagaimana akalnya, yang dimaksud supaya selamat, kata ratu Tunjung Puri, gampang putrinya diganti.