Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/243

Ieu kaca geus divalidasi

235

618. Yang manis dan tampan, oleh seorang anak mantri, masa mau menolak, karena perkataan gusti, kalau sudah jadi kawin, pengganti "belum tumenggung" masa tidak mau, orang kampung pasti mempunyai perasaan untung sekali.

619. Ratu Tunjungbang gembira sekali, mendengar pendapat adiknya, lalu berkata, Raden patih harus bersedia, untuk menjemput, cucu kakek, pakaian yang bagus-bagus, jangan ada yang kurang, malu bukan siapa lagi, dan kereta untuk kau besok keluarkan.

620. Den patih pennisi pergi, di alun-alun berbaris, siap kereta-kereta, cahayanya bersinar, yang menonton berdesakan, bersorak-sorak dan bergemuruh, perkataan semua rakyat, sambil bertepuk tangan dan tertawa, hamba rakyat, sambil bertepuk tangan dan tertawa, hamba rakyat semua kalau cucu kakek datang.

621. Kita semua harus tepuk tangan, supaya malu orang kampung, mau menjadi menantu raja, sayang sekali Agan Putri, sampai hati yang memberi yang cantik, terpilih oleh orang kampung, sepertinya tidak ada lagi anak raja, keterlaluan kangijeng gusti, begitu soraknya rakyat Tungjungbang.

622. Kereta sudah pergi , diduduki oleh den patih, diiring oleh wadiya balad, soraknya ramai sekali, keluar semua yang ikut, di jalan bergemuruh, berduyun-duyun yang menaiki kuda, serdadu ikut dibelang, pecut terdengar bebeledagan.

623. Simpan yang sedang menjemput, tersebut lagi Den Raspati, waktu itu mau mandi, membawa sabun sikat gigi, pada abdi berkata, kakek dibatas tunggu, hari ini kalau tidak salah, menjemputnya lalu pergi ke wates.

624. Yang mempersiapkan di rumah, dua jin sudah siap, bersinar-sinar cahayanya, makanan banyak rupanya, sudah heres jin menghilang diceritakan kemudian Den Sunu mandi, ditenda dulu yang lagi mandi, Raden Patih datang ke negara baru