Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/251

Ieu kaca geus divalidasi

243

690. Datang ke hadapan gusti, oleh bapak dipanggil, puteri lalu meghadap nyembah, ayahnya berkata, mengapa lama sekali, ini tamu, silakan di temani.

691. Arna dan paman patih, sekarang mau ke paseban, patih dan raja lalu pergi, hanya tinggal Raden berdua, kata puteri mau merokok, atau ngalemar.

692. Den Lalana hanya diam, tidak melirik sedikitpun, puteri bertanya lagi, mengapa kakak tidak mau berkata, apakah marah pada saya, apa sebabnya.

693. Kapan baru saja datang, bertemu sekarang, mengapa tidak berkata, kakak ingi apa, jangan suka ngadodol gula, lupakan hati yang marah, sampai hati.

694. Taleus bukan suweg bukan, tumbuh di tengah tegal, hanya tinggal hati yang lemas, gantar malang di kali, ganti puteri berhati yang sedih.

695. Oleh Raden tak ditanggapi, yang berkata tidak dibalas, seperti yang tidak mau, tapi hatinya panas, sama-sama binggung, karena bukan haknya.

696. Den Lalana tidak menjawab, hanya melirik sedikit tersenyum, puteri menjadi salah tingkah, lalu mendekat Raden.

697. Sambil berkata lembut, kakak apa sebabnya, tidak berkata, apakah sama saya tak suka, karena saya orang hina, orang kampung, barangkali menemukan gantinya.

698. Den Lalana tertawa manis, karena baru berkata, gamparan yang cantik, bukan begitu maksudnya, sebaliknya kakak, orang gunung, dan orang cacah serta hina.

699. Orang hina ditambah miskin, apa yang mau dilihatnya, dipandang tampak tak tampan, hanya begini keadaannya, pada agana bukan pasangannya, oleh sebab itu kakak diam, agan tidak mau bersuami.