Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/258

Ieu kaca geus divalidasi
250
 
  1. Prajurit Raja Angun-Angun keluar, prajurit beribu-ribu, bagaikan kabut berduyun-duyun seperti silaru tumbuh, sambil sorak-sorai.
  2. Sudah sampai para jasa ratus, ke pinggir negeri Tunjungbang, tiap kampung dihancurkan, rumah-rumah dirusak, bertemu domba dipotong.
  3. Orang kampung semua pada kabur, berlarian ke dalam negeri, perempuan laki-laki lari berbondong-bondong menggendong anak kecil, ting darengeh ting galero.
  4. Biar harta benda habis, tak sayang pada emas rispis, supaya badan dan sanak keluarga selamat, jangan sampai mati dibunuh.
  5. Kakek-kakek dan nenek-nenek pada lari, keinjak oleh para prajurit, perkampungan borak-barik, dirusak oleh yang merampok.
  6. Raden pati melapor tergesa-gesa, memberitahukan pinggiran negeri, duh gusti musuh sudah sampai, rakyat semua ruksak, Prabu Anom hanya tersenyum.
  7. Kita harus siap-siap dengan cepat, kumpulkan semua prajurit, dengan. peralatan yang cukup, dan harus dipilih, yang berani dan kuat.
  8. Seandainya wadiya balad sudah berkumpul, periksa siapa yang berani, suka rela berkorban, kalau tidak berani, suka rela berkorban, kalau tidak berani suruh pulang, jangan dipaksa untuk apa.
  9. Lalu Den Patih pergi ke alun-alun, menabuh benda amat keras, suaranya bergemuruh, sudah siap prajurit dengan perabot-perabotnya.
  10. Membawa gobang, kuli tumbak dengan limpung di alun-alun sudah penuh, Den patih lalu berkata, ke semua prajurit, siapa