Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/261

Ieu kaca geus divalidasi

253

776. Prabu anom lalu membakai kerajaan, menaiki gajah lebih pantas, dikelilingi ponggawa, sudah sampai ke pesanggrahan, lalu pada duduk di kursi, dengan ratu sepuh, dari depan patih gagahi.

777. Musuh bersorak-sorai, menantang minta lawan, baladnya seratus negeri, ke balad Tunjungbang, ayo kami segera lawan, patih gagahi sudah pergi, mempersiapkan prajurit-prajurit yang sisa lari.

778. Meriam berbunyi nyaring memberi tanda, tandanya mulai lagi perang, ramai lagi yang perang, saling membedil dan main pedang, tambur "ngabrang-brangan" keras teramat ketir, melas-melis suara suling.

779. Raden patih pada Prabu Anom melapor, mohon izin saya, mau maju perang, mohon doanya, prabu anom berinya izin, patih sudah pergi membawa pedang dan keris.

780. Menghampiri dan menyerang patih Gagahi, "nyabut" pedang "nguwak-ngawaik" dicacar seperti "bolang" balad-balad bungbang disabetan oleh den patih, marah sekali, prajurit banyak yang mati.

781. Yang lagi perang waktu itu terus bubar, karena sudah sore, semuanya pada pesta, bergemuruh di pasanggrahan, tamu dan pribumi, sama-sama "nayuban", pelog wayang dengan tanji.

782. Perang istirahat hiburan menari tandak, banyak yang mabuk minuman, sepertinya gembira sekali, bergemuruh oleh suara tetabuhan, berhentinya yang m enari, karena sudah siang, den patih mempersiapkan barisan.

783. Bendera sudah dipasang di tengah alun-alun, bergemuruh yang sorak keras, perang ramai lagi, dan patih maju ke tempat perang, prajurit dihancurkan lagi, marah sekati yang celaka saling menjerit.