Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/262

Ieu kaca geus divalidasi

254

784. Raja-raja yang seratus kaget sekali, melihat balad porak-poranda, bubar "tatawuran" terlihat oleh seorang raja, "euleuh geuning" itu patih, kurang ajar beraninya mengamuk prajurit.

785. Lalu sang Ratu Sorong Buana marah, kekerot giginya keras, melesat ke tempat perang, dengan patih bertemu, raja sorong bertanya bengis, he nama siapa, apa kami suami putri.

786. Raden Patih berkata mudah dengan raja, kami juga belum mati, Sang Sorong marah mendengar yang menantang, benar kamu itu berani, silahkan gada, silahkan pukul.

787. Jawab patih berkata, tidak watek kami duluan, sang Sorong melotot pusing, lalu gada diangkatnya, gebrod patih digada, dan patih "rampayak" menari, tidak dirasa, perasaan dicubit yang manis.

788. ayo kamu jangan bengong, silahkan ganda, jangan bosan mengakibatkan benci, Sang Sorong Buana marah lalu menggada, tidak dirasa penggitik, lalu mencabut pedang, Raden Patih mau ditamsir.

789. Pedang mengambul tidak mempan pada Raden Patya, raja Sorong lebih pusing, pada patih berkata, silahkan membalas kamu setan, Raden Patih terampil, "ceg" telinga raja, jebet menempeleng satu kali.

790. Raja Sorong tidak sadarkan diri, memutar seperti kincir, dengan muntah-muntah, ger sorak balad Tunjungbang, sambil membawa tali, sudah diikat digotong diguwang-gawing.

791. Sudah tertangkap sang Raja Sorong Buana, lalu dipenjara besi, Den Patih sesumbar, sambil bertandang di tempat perang, usuh inginnya cepat keleuar, ada yang datang, menghampiri Raden patih.

792. Raja durgi pada patih memerintah, kamu silahkan menamsir,