Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/266

Ieu kaca geus divalidasi

258

817. Begitu pula balad-balad, "euleuh" tampan sekali, orang kampung tapi lucu, pantas puteri jatuh cinta, siapa orangnya yang tidak mau, kami juga kalau punya anak, kebetulan perempuan dan cantik.

818. Diberikan mengharap keturunan, macam-macam yang berkata, para prajurit, prabu muda sudah bertemu, dengan raja temannya, begitu bertemu temannya tertawa, "lakadalah" anak kecil, kamu itu suami puteri.

819. "Bocokok teh anom" sekali, mau apa kamu maju ke tempat perang, sepertinya mau menyerahkan umur, sayang sekali dengan ketampanannya, pasti hancur kepala kamu kalau dipukul, seperti tidak ada lagi, Ratu Tunjungbang, anak kecil disuruh perang.

820. Turuti kemauan paman, jangan perang, lebih baik diam di tempat paman, nanti di sana, ada anak perawan, memberi oleh ujang harus dikawin, paman mengharapkan keturunannya, "pangupukan" barangkali jadi.

821. Prabu Anom hatinya kesal, mendengar perkataan amat sedih, merendahkan sekali kamu ratu, perkataan yang tidak pantas, mengapa kami dibuat ayam adu, kamu mengharapkan keturunan, kurang ajar sekali.

822. Kata ratu temannya, besar hati anak kecil berani-berani, apakah sudah bosan hidup, perang tidak membawa senjata, untuk apa "karidu-ridu, silahkan kamu pada kami memukul.

823. Bada sudah diangkat oleh temannya, dipukulkan ke prabu muda respati, suaranya mani "gajegur", oleh raden lalu diterima, lalu ditangkap oleh tangan pada putus, butarna menggelengkan kepala, karena kaget sekali.

824. Disangka kamu sudah mati, menjadi satu dengan tanah, hancur ditinggang oleh gada, tak disangka kamu sakti, pantas kamu sudah berani merebut puteri pacar kami oleh kamu di kawin.