Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/268

Ieu kaca geus divalidasi

260

832. Sorak ramai sekali, senang melihat raden anom gagah sakti, topinya di alung-alungkan, ratu rarangan marah, seak memburu sambil ngabar duhung, oleh prabu Anom ditepak, keris melilit seperti arit.

833. Penasaran lalu mesat pedang, sambil melompat narik yang sedang menari, Raden menghindar menangkap kepala, sambil ditendang dadanya, badannya berjumpalikan, kepala pusing, jatuh tertelungkup, tarang luka gigi putus, akhirnya tidak bisa pergi.

834. Terus ditawat oleh balad, orang Tunjung Soraknya menjerit-jerit, ratu tua merasa gembira, melihat anaknya sakti, tengah medan perang, yang tampan perangnya menang, balad-balad saling memuji, yang muda amat lucu sekali.

Pupuh Sinom


835. Pada saat itu perang bubar, karena sudah sore, semua pulang, di pasanggrahan pada duduk, prajurit istirahat, saling berkata terdengar bergemuruh, makan bersama, makan bermacam-macam, begitu juga minuman banyak macamnya.

836. Ratu tua memeriksa, kepada putera lebih sayang, Raden ama tak menyangka, dikiri ama Raden tidak bisa perang, ama menghawatirkan mula-mulanya, Den patih Gagahi tertawa, segala dupi juragan, melihat ayam juga, matih sekali mematuknya.

837. balad ramai berbahagia, main catur main pitik duk-dak yang sedang main bola, diringding yang ngarinding, ponggawa dan para mantri mantri, di pasanggrahan bergemuruh, prajurit bersuka hati, makan, bersenang-senang yang berhenti, mundar-mandir di halaman yang main gitar.

838. Dari malam sampai siang, sudah berhenti yang menari, pagi-pagi nyikep pedang, bendera dipasang lagi, jam enam