18
ditenungnya dulu. Ia merasa kasihan dan berniat akan mengembalikan rupa wajah Jayalalana yang asli. Maka ia pun menyuruh istrinya untuk memandikan Jayalalana dengan air penyepuh di sungai.
Ketika air penyepuh mulai membasahi tubuh Jayalalana, sedikit demi sedikit muncullah cahaya yang kemilau dari tubuh Jayalalana. Tampaklah rupa Jayalalana yang asli, tampan bercahaya. Setan laki-laki
sampai tidak mengenal lagi Jayalalana. Legalah hati setan, semua sudah lunas tidak akan ada yang menagih lagi. Sebagai imbalan akan derita Jayalalana selama dalam tenungannya, setan memberi sebuah ajimat
berupa cupu. Cupu mempunyai keistimewaan, walau sepuluh negeri dimasukkan ke dalamnya tidak akan penuh atau sesak. Selain itu Jayalalana pun disuruh mencari pohon kiara besar yang ada batu besar di bawahnya. Jika batu itu diangkat maka akan tampak lubang gua, tempat tinggal kuda sembrani, kuda yang dipersiapkan untuk Jayalalana.
Jayalalana pun berpamitan kepada kedua setan dan melanjutkan perjalanannya. Ia sekarang tampak tenang dan penuh percaya diri, karena rupa aslinya telah ia miliki. Saat itu ia genap 15 tahun berkelana
dan belum satu negeri pun ia singgahi.
Sementara itu dikisahkan ada pendeta yang sangat sakti, yaitu ayahnya Raja Cempala. Jadi pendeta itu adalah kakek Jayalalana. Sudah berpuluh-puluh tahun ja menunggu cucunya datang hingga ajal menjemputya. Sebelum meninggal ia memberi amanat pada pengawalnya, raksasa Renis namanya. Ia berpesan kalau bertemu dengan ksatria muda bernama Jayalalana, putra Sariwulan, maka amanat yang ia titipkan
harus diberikan.
Dikişahkan raksasa Renis mempunyai dua orang putra, Denewa dan Denewi. Ketika usia mulai menua Renis pun memberi amanat kepada kedua anaknya, agar mempunyai ajimat untuk diberikan kepada seorang
kstaría bernama Jayalalana. Akan tetapi sepeninggal ayahnya, Denewa dan Denewi malahan bertengkar, masing-masing ingin memiliki ajimat itu. Mereka bertarung habis-habisan sampai satu bulan lebih lamanya.
Hutan pada mulanya lebat menjadi rata terlindas mereka yang mengamuk.
Sementara itu dikisahkan perjalanan Jayalalana sampai ke tempat kedua raksasa itu berperang. Ia duduk dipinggir menyaksikan mereka. Kedua raksasa sesaat berhenti melihat Jayalalana yang dianggap sebagai