Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/272

Ieu kaca geus divalidasi

264

859. Orang Tunjung mengapa kamu, tidak sorak hanya menangis, Den Lalana sadar, "jorelat" terus memukul, hanya sekilat lalu memutar, Den Gandulaya mengangkat, "kokosodan" pada tanah, di tengah tempat perang memutar, balad Tunjungbang sorak ramai sekali.

860. Hayoh jago kamu mati, silahkan ambil itu mayat, lihat kami yang sakti, tak perlu membawa penggitik, Gandu sadar oleh angin, lalu bangun dan berdiri, mencabut duhung dengan sesumbar, kalau benar kamu lelaki, jangan lari terima kiris jimat.

861. Gunung hancur batu belah, terkena keris kami, Gandulaya ke Den jaya, saat itu sudah siap, Gandulaya terampil, sewuk Lalana di suduk, kerisnya tidak kena, ujungnya melilit tapi "peurah" terasa sakit sekali.

862. Den Lalana pingsan, perasaan antara, sadar dan tidak, tidak bisa berkata, prajurit sorak lagi, "ngagorowok" keras, lihat itu jago perang, Lalana jago baru, ayo akmi menghapit, kalau benar berani coba kamu tahan.

863. Raden Lalana "ngorejat" berdiri sambil mencabut keris, asal dari keturunan kejinan, mengeluarkan cahaya bersinar, balad Angun ketakutan, melihat cahaya bersinar, begitu juga den Gandulaya, me-lihat keris hatinya ragu, merasa risi dan den Lalana ditangkapnya.

864. Keris masuk ke dada, yang melihat tidak sampai hati, kerisnya tidak mempan, tapi peurah keris menyerap, tidak sadarkan diri, di tengah medan perang tergeletak tak bisa bangun, oleh Den Raspati ditunggu, hampir-hampir Den Gandu putus nyawanya.

Pupub Magatru


865. Balad Tunjung soraknya, bergemuruh, lihat seratus negara, jago kamu tertidur, ayo bangunkan suruh bangun, syukur kalau mati.