Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/273

Ieu kaca geus divalidasi

265

866. Gandulaya lama-lama sadar, tapi agak sempoyongan, jatuh lalu bangun, seperti orang mabuk.

867. Dari Tunjungbang soraknya bergemuruh, sakit merasakan sakit, perang sama-sama perang, ayo kita tumpangan lagi, saling mencokel mata.

868. Yang perang saat itu terburu waktu, tandingan terpisah oleh waktu sore, terpisah utara dan timur, begitu yang habis perang, pulangnya begitu lemas.

869. Begitu datang ke pesanggrahan bergemuruh, balad menjemput bersuka hati, bergingung suara degung, melas melis suara suling, dor-doran suara bajidor.

870. Para mantri ponggawa dan tumenggung, ramai pada menari, nayuban dengan berminum bir arak dan sopi, sebagian pada mabuk.

871. Pribumi dan tamu sama, begitu bergemuruh semalam, yang manyub sampai pagi, kesukaan raja-raja, maen puter maen colok.

871. Pagi-pagi yang main sudah bubar, prajurit sudah pasang lagi, bendera berdiri tegak ke atas, begitu juga dari tamu, prabu muda lalu pergi.

873. Dengan musuh yang kemarin sudah bertemu, sama yang sedang terang, bertandangnya lucu, sama-sama berani, satria sedang muda.

874. Pada-pada ngabar curiga sama maju, dua-duanya memegang keris, tapi hatinya khawatir, sama mempunyai hati takut, bekas kemarin.

875. Begitu Raden Lalana menyuduk, Den Gandulaya menghilang, Raden Bagus larak-lirik, Iawan perang hilang, tidak lama "breh" terlihat.