Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/30

Ieu kaca geus divalidasi

21

dari Negeri Tungjungpuri. Mendengar putranya di usir, Raja Tungjungpura sangat marah. Ia pun mengirim seorang utusan untuk menyampaikan tantangan mengajak perang. Ia merasa tidak terima, anaknya yang telah disia-siakan oleh istrinya kemudian diusir begitu saja oleh mereka.
 Peperangan tak dapat dihindarkan lagi, banyak prajurit menjadi korban. Akhirnya kedua raja yang masih bersaudara itu memutuskan untuk berduel satu lawan satu, tanpa melibatkan rakyat serta prajuritnya. Mereka bertarung dengan seru dan di saksikan oleh para prajuritnya. Sementara itu Jayalalana tiba di tempat pertarungan ke dua raja. Ia pun mencoba merelai keduanya dengan menggunakan ajimat cincin, ia menghilang dan mulai mengacaukan jalannya pertarungan. Dengan tanpa wujud Jayalana berkata dan mengingatkan keduanya akan ikatan tali persaudaraan yang telah mereka bina dari dulu. Akhirnya mereka pun. tersadar akan kekeliruan mereka selama itu. Setelah kedua raja tersadar dan saling berpelukan memohon maaf, barulah Jayalalana menampakkan diri.
 Kedua raja sangat berterima kasih kepada Jayalalana, anak-anak mereka pun diperkenalkan kepada Jayalalana. Ketika putri Ratnangsih bertemu dengan Jayalalana, ia langsung jatuh hati. Ia berpikir, jika dijodohkan dengan Jayalalana tentu ia tidak akan menolak. Dengan terang-terangan ia menaruh hati kepada Jayalalana. Sebaliknya Jayalalana ketika melihat sosok putri Ratnaningsih sangat kaget, sebab sorotnya lain sekali. Jayalalana yang menggunakan ajimat cincin menjadi maklum, putri berada di bawah pengaruh makluk lain.
 Selanjutnya ia berkata kepada ayahnya putri Ratnaningsih untuk melihat dengan lebih waspada pada sosok putri dengan menyelipkan ajimat cincin di jarinya, Raja sangat kaget ketika cincin terselip dan melihat anaknya, karena yang terlihat bukan sosok putri Ratnaningsih melainkan sosok raksasa yang sangat menakutkan. Ia tidak banyak cerita, kemudian menyerahkan kembali ajimat cincin itu kepada Jayalalana sembari meyerahkan segalanya kepada Jayalalana.
 Jayalalana kemudian mengeluarkan ajimat panahnya, kemudian dipentangkan tepat mengenai putri Ratnaningsih. Setan yang mendekam dalam diri putri terbang melesat keluar terpanah oleh Jayalalana. Putri sesaat pingsan dan tersadar kembali dalam keadaan lemas. Ia menangisi