Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/301

Ieu kaca geus divalidasi

293

Pupub Asmarandana

1108. Centaka sangat bersedih, kekurangan makanan, meskipun banyak uang, percuma karena tak ada pedagang, uang tak ada gunanya, gemuruh anak kecil, menangis ingin makan.

1109. Rakyat sama perihnya, mencari umbi-umbian, dari pada perut tak diisi, sebagai pengganjal lapar, mayata telah bergelimpangan, sebagian yang mabuk gandum, rakyat kecil meratap.

1110. Ratu memanggil Den Patih, Mung Patih segeralah, gudang beras semua buka, bagikan kepada semua dengan adil, menak dan rakyat semua, jangan ada yang terlewat, pukul kentongan di paseban.

1111. Kentongan dipikul terus-menerus, berhamburan semua orang, lelaki dan perempuan, sama-sama dibagi bras, yang menerima bergembira, orang negara orang kampung, kemudian pada pulang.

1112. Setiap hari lalu lalang, yang menerima pembagian, hanya sampai tujuh hari, telah kosong semua gudang, sampai ratu pun, tak punya makanan lagi, bertambah susah hati sang raja.

1113. Orang-orang meringis, rakyat kurus-kurus, anak-anak banyak yang mati, lemah tidak kuat, biarpun ayah ibunya, banyak yang mengacuhkan anaknya, tak sampai teringat akan anaknya.

1114. Anak kecil tinggalah menangis, lesu tak bertenaga, siapa yang tak merasa kasihan, yang meninggal bergelimpangan, jangankan anak-anak, orang tua pun, pada mengerang, orang sama-sama capai dan lapar.

1115. Banyak tak dapat pergi, karena tak bertenaga, melangkahpun sampai diseret, semua pada meratap, ada yang memanggil