Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/311

Ieu kaca geus divalidasi

303

1189. Denawa Denewi bersiap, di tengah sawah sibuk, mengikat padi, dengan pemikul terbuat dari "awi tali", sangat lah banyak, seekor raksasa tiga ratus, padi tersebut telah diangkut.

1190. Ke Centaka Puri telah sampai, diperjalanan sangatlah cepat, tetap tak ada yang tahu, dengan kata lain tak terlihat sama sekali, oleh orang Centaka, yang terlihat hanya padi menumpuk, di alun-alun berlimpah-ruah.

1191. Begitu saja bolak-balik, setiap hari tujuh kalai, raksasa tersebut mengangkut padi, di alun-alun berlimpah ruah, kemana-mana telah penuh, gemuruh dan bergerombol, orang-orang sama merasa heran.

1192. Bercampur dengan suka hati, sangkaannya orang yang berdagang, berdesakan yang menonton, sebagian lagi terbit air lirunya, tergiur melihat padi, ningrat-ningrat sama gugup, pergi melihat ke alun-alun.

1193. Kangjeng gusti banyak padi, ratu heran lalu berangkat, Jamburaya pun turut serta, diiring oleh den patih, akan melihat ke alun-alun telah sampai, terlihat padi menggunung.

1194. Tumpukannya tinggi, padi melimpah sampai ke jalan, heranlah sang ratu Anom, hatinya tak mengerti lalu berkata, paman patih apa yang harus dilakukan, membuat bingung sekali, padi siapkan ini.

1195. Bila dibagikan, sekarang kepada wadya balad, aku sangat bingung, sebabnya belum tentu, padi ini belum sah, patih pun menyetujuinya, ragu-ragu hati paman.

Pupuh Durma

1196. Latu Jamburaya menyembah, duh gusti pendapat hamba, Allah bersifat pemurah, rahma buat manusia, rohim sifat punya Allah, begitu paduka, hanyalah kehendak yang widi.