304
1197. Padi ini oleh gamparan sekarang, bagikan kepada rakyata, sangatlah kasihan, agar bertenaga, bila tidak demikian sangatlah kasihan, bila diirit, bila perang sudah tentu celaka.
1198. Pendapatnya agak terpikirkan oleh raja, lalu berembug dengan patih, paman patih bagaimana, perkiraan si Jamburaya, apakah paman patih setuju, patih menjawab, hamba terseraj bagaimana kehendak paduka.
1199. Kentongan dipukul terus menerus di paseban, berdatangan orang semua, yang jalannya merangkak, ada pula yang "oray-orayan", ke alun-alun sampai, patih berkata, segeralah sekarang ditimbang.
1200. Semuanya silahkan membawa, padi pemberian gusti, gemuruh orang-orang,sedapat-dapatnya membawa, yang menggusur yang menjinjing, sambil bersorak-sorak, gemuruh perempuan dan lelaki.
1201. Telah terdengar bunyi orang menumbuk padi, di lesung telah berdesakan, beras dimakan mentah-mentah, karena sangatlah lapar, yang membuat bubur yang membuat pepesan, membuat nasi dan tim, orang-orang kembali segar.
1202. Sangat ramai tua muda berbicara, gemuruh yang tertawa, dikisahkan Raja pulang, dari alun-alun bekerja, diiringi oleh Jamburaya, dengan Den Patih, dikisahkan Denewa Denewi.
1203. Ketika itu menghadap Den Lalana, yang lain tak melihatnya, begini katanya, Gusti padi telah habis, di Lokagiwa telah kosong, mengutarakan, apalagi tugas hamba.
1204. Kata raden kamu janganlah tanggung membela, bila padi telah habis, bawalah apa saja, jagung katela pohon ubi kacang, kuda kerbau dan sapi, bawa olehmu, pergilah kamu.
1205. Dikisahkan di negeri Lokagiwa, abdi-abdi sama ribut, melapor kepada raja, paduka gusti sekarang, hamba sangat-