23
Masyarakat desa, laki-laki dan perempuan sibuk membuat makanan, sebagian besar menyediakan makan untuk diberikan kepada pemuda tampan, Jayalalana. Selesai menyediakan makanan semuanya pergi ke kebun menemui nenek Boja. Nenek Boja merasa heran karena perempuan yang muda-muda berdatangan serta membawa banyak makanan. Perempuan-perempuan itu hatinya merasa tertarik dan jatuh cinta pada cucu Kakek Boja setelah melihatnya di saung panda besi.
Pekerjaan Kakek Boja dan Raden Jayalalana di saung panda besi semakin maju. Barang-barang basil kerajinannya banyak yang membeli. Bahkan sebuah cincin pemberian ibunya, Jayalalana menciptakan keraja-
an yang bagus sekali. Kerajaan tersebut dikerjakan oleh dua jin yang keluar dari cincinnya dalam waktu satu malam.
Dikisahkah pula di Negara Tunjungbang sedang diadakan sayembara, yaitu siapa orang yang bisa menyembuhkan putri cantik akan dijadikan menantu raja. Putri Tunjungbang sedang sakit, dan bisa sembuh lagi hanya oleh air mata buaya putih. Banyak pimpinan negara yang tertarik oleh kecantikan putri, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan air mata buaya putih karena dimakan buaya.
Kakek Boja memberi tahu dan mendesak Jayalalana untuk ikut sayembara di Negara tunjungbang. Mendengar cerita dari kakek Boja tentang kecantikan putri, Jayalalana menyanggupi untuk menyembuhkan
putri Tunjunghang.
Jayalalana dan kakek Boja pergi ke sungai, lalu permukaan air ditepuk tiga kali sambil membaca mantra. Tak lama kemudian dari dalam sungai muncul buaya putih yang amat besar sekali. Buaya putih
itu adalah pamannya Jayalalann . Kemudian Jayalalana menyampaikan tujuannya meminta air mata pamannya untuk menyembuhkan putri Tunungbang yang sakit. Buaya putih berpura-pura menangis, keluarlah air matanya yang harum semerbak. Tak lama kemudian buaya putih hilang menyelam ke dalam sungai.
Kakek Boja disuruh Jayalalana untuk pergi ke negara Tunjungbang sambil membawa airmata buaya putih. Raja Tunjungbang tidak percaya bahwa kakek-kakek bisa mendapatkan air mata buaya putih, sedangkan para raja juga banyak yang tidak bisa. Dihadapan putri yang sedang sakit, kakek Boja berpura-pura mengobatinya sambil membaca-baca mantra. Air mata buaya diteteskan pada putri dan sebagian diminumkan.