Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/337

Ieu kaca geus divalidasi

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
 Wawacan Jayalalana adalah sebuah karya sastra Sunda klasik yang ditulis dalam bentuk wawacan. Wawacan adalah cerita panjang yang berbentuk dangding (menggunakan aturan pupuh). Pupuh memiliki ikatan berupa guru lagu (ketentuan vokal-vokal pada akhir larik), ikatan berupa guru wilangan (ketentun jumlah suku kata pada setiap bait atau pedalisan), ikatan berupa guru gatra (ketentuan jumlah larik pada tiap bait atau pada), dan ikatan berupa karakter pupuh.
 Kesusastraan Sunda mengenal 17 (tujuh betas) macam pupuh yang masing-masing memiliki karakteristik dan menggambarkan situasi yang sifatnya lirik (curahan rasa) antara lain Kinanti, Asmaranda, dan Mijil. Pupuh yang digunakan untuk melukiskan peristiwa yang dahsyat dan keras adalah Durma, Pangkur, dan sebagainya.
 Wawacan Jayalalana mengisahkan Raden Jayalalana yang keluar hutan mencari guru ilmu hikmah dan membantu siapapun yang membutuhkan pertolongannya. Selain itu ia pun mendatangi pertapa-pertapa untuk berguru.

 Sebagaimana umumnya pada lakon-lakon yang bertemakan budi pekerti, kontradiksi antara baik dan kehancuran pihak yang jahat/buruk. Begitu pula halnya dengan cerita Jayalalana, pihak-pihak yang semula

331